BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan
Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang
saling berhubungan. Di antara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah
metode yang dipakai dalam proses pendidikan. Pengkajian terhadap metode memang
menjadi bahan diskusi yang aktual dan menarik untuk diperbincangkan, sebab
metode turut menentukan berhasil tidanknya proses pendidikan yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer
ilmu pengetahuan berupa materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih
signifikan dibanding dengan materi itu sendiri.
Cara
menyampaikan materi dengan komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik
walaupun mungkin materi yang disampaikan tidak begitu menarik. Oleh karena itu
penerapan metode yang tepat sangat mempengruhi pencapaian keberhasilan dalam
proses belajar mengajar yang pada akhirnya berfungsi sebagai diterminasi
kualitas pendidikan. Sehingga metode pendidikan yang dikehendaki akan membawa
kemajuan pada semua ilmu pengetahuan dan keterampilan. Secara fungsional dapat
merealisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan.
B.
TUJUAN
Dalam makalah ini pemakalah memaparkan bebarapa
tujuan, yaitu:
1.
Memberitahukan
kepada pembaca untuk mengetahui metode dalam pendidikan Islam.
2.
Dengan
pembahasan ini pembaca bisa lebih mempermudah dalam mengetahui apa-apa saja
metode dalam pendidikan Islam.
3.
Untuk
dijadikan ilmu dan wawasan dalam pendidikan Islam.
C.
SISTEMATIKA PENULISAN
1.
BAB
I PENDAHULUAN
Yang berisi tentang latar belakang,
tujuan, dan sistematika
2.
BAB
II PEMBAHASAN
Yang berisi materi tentang metode
dalam pendidikan Islam
3.
BAB
III PENUTUP
Yang berisi tentang kesimpulan dan
saran
BAB
II
PEMBAHAHASAN
A.
PENGERTIAN METODE
a.
Secara
Etimologi
Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani,yaitu metha dan
hodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti
jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, metode disebut طرقة yang berarti
langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan pelajaran. Jadi, metode mengajar
berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar
tercapai tujuan pengajaran.[1]
b.
Secara
Terminologi
Para ahli memberi beberapa defenisi tentang metode mengajar sebagai
berikut:
1.
Hasan
Langgulung mengemukakan bahwa metode mengajar adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan pengajaran.
2.
Abd
Ar-Rahman Ghunaimah mendefenisikan metode mengajar dengan cara-cara yang
praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3.
Al-Abrasyi
mengemukakan pengertian metode mengajar sebagai jalan yang diikuti untuk
memberikan pengertian kepada murid-murid tentang segala macam materi dalam
berbagai pelajaran.[2]
Metode
mengajar yang umum dikenal dalam dunia pendidikan hingga sekarang adalah metode
ceramah, metode diskusi, metode eksperimen, metode demonstrasi, metode
pemberian tugas, metode sosiodrama, metode kerja kelompok, metode tanya jawab, dan lain sebagainya.
Metode
pendidikan Islam adalah cara-cara yang digunakan dalam mengembangkan potensi
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Karena pengajaran adalah
bagian dari pendidikan Islam, maka metode mengajar itu termasuk metode
pendidikan.
B.
PENDEKATAN METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Firman Allah dalam
QS. Al-Baqarah : 151.
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gt öNä3øn=tæ $oYÏG»t#uä öNà6Ïj.tãur ãNà6ßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès?
Sebagaimana (Kami Telah
menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu
dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui. (QS.
Al-Baqarah : 151)
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$#
Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. (QS.
Ali Imran :104)
Dari
kedua firman Allah tersebut, Jalaluddin Rahmat[3]
dan Zainal Abidin Ahmad[4]
merumuskan pendekatan pendidikan Islam dalam enam kategori, yaitu sebagai
berikut:
1.
Pendekatan Tilawah (Pengajaran)
Pendekatan tilawah ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah
yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat-Nya, mempunyai keyakinan
bahwa semua ciptaan Allah memiliki keteraturan yang bersumber dari Rabb
al-`Alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya
secara sia-sia belaka. Bentuk tilawah
mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan tadzakur (berzikir),
sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, bimbingan ahli,
kompetisi ilmiah dengan landasan akhlak Islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah
lainnya, misalnya penelitian, pengkajian, seminar, dan lain sebagainya.
2.
Pendekatan Tazkiyah (Penyucian)
Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya amar ma`ruf
dan nahi munkar. Pendekatan ini bertujuan untuk memelihara kebersihan
diri dan lingkungannya, memilihara dan mengembangkan akhlak yang baik, menolak
dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara kesucian
lingkungannya. Indikator pendekatan ini adalah fisik, psikis, dan sosial.
Aplikasi bentuk pendekatan ini adalah adanya gerakan kebersihan,
kelompok-kelompok usrah, riyadhah keagamaan, ceramah, tabligh,
pemeliharaan syiar Islam, kepemimpinan terbuka, teladan pendidikan, serta
pengembangan kontrol sosial (sosial control).
3.
Pendekatan Ta`lim Al-Kitab
Mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur`an) dengan menjelaskan hukum
halal dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami, dan
merenungkan Al-Qur`an dan As-Sunnah
sebagai keterangannya. Pendekatan ini bukan hanya memahami fakta, tetapi
juga makna di balik fakta, sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif
dan produktif. Indikatornya adalah pembelajaran membaca al-Qur`an, diskusi
tentang al-Qur`an di bawah bimbingan para ahli, memonitor pengkajian Islam,
kelompok diskusi, kegiatan membaca literatur, dan lomba kreativitas Islami.
4.
Pendekatan Ta`lim Al-Hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan Ta`lim Al-Kitab,
hanya bobot dan proporsi serta frekuensinya diperluas dan diperbesar. Indikator
utama pendekatan ini adalah mengadakan perenungan (reflective thingking),
reinovasi, dan interpretasi terhadap pendekatan Ta`lim Al-Kitab. Pendekatan
Ta`lim Al-Hikmah dapat berupa studi banding antar lembaga penelitian,
dan lain sebagainya sehingga terbentuk konsensus umum yang dapat dipedomani
oleh masyarakat Islam secara universal dan sebagai pembenahan atas tidak relevannya pendekatan Ta`lim
Al-Kitab.
5.
Yu`allim-kum maa lam Takuumu Ta`lamuun
Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang-memang
benar asing dan belum diketahui, sehingga pendekatan ini membawa peserta didik
pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa. Pendekatan ini mungkin
hanya dapat dinikmati oleh nabi dan rasul saja, seperti adanya mukjizat,
sedangkan manusia biasa hanya bisa menikmati sebagian kecil. Indikator
pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa manusia pada
penjelajahan ruang angkasa, sedangkan aplikasinya adalah mengembangkan produk
teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehidupan manusia sehari-hari.
6.
Pendekatan Islah (Perbaikan)
Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan
terhadap penderitaan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan
yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas,dan berupaya
menjembatani perbedaan paham. Di samping itu, pelepasan beban dan belenggu ini
bertujuan memelihra ukhuwah islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke kelompok dhu’afa,
kampanye amal shaleh. Kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek sosial, serta
mengembangkan Badan Amil Zakat Infaq dan Sedekah (BAZIS).
C.
ASAS-ASAS METODE PENDIDIKAN ISLAM
Dr.
M. Shaleh Muntasir menjelaskan bahwa asas metode pendidikan dalam penyampaian
pelajaran adalah menghindarkan ketegangan dan suasana yang menakutkan pada
peserta didik dengan menggunakan pelatihan-pelatihan intensif, memberikan
contoh dan tingkah laku yang baik, partisipasi yang memadai pada peserta didik,
serta memandang bahwa segala aktivitas yang dilakukan merupakan ibadah, asal
berangkatnya dengan “bismillah” sebagai penghambaan tugas selaku wakil
Allah SWT.[5]
Prof.
Dr. Mukhtar Yahya merumuskan empat asas untuk metode pendidikan Islam, yaitu sebagai
berikut:
1.
At-Tawasu` fii Al-Maqaashid laa fii Al-Aalah
Prinsip yang mengarahkan agar mempelajari ilmu pengetahuan yang
dituju, bukan ilmu yang berfungsi sebagai alat untuk mempelajari ilmu
pengetahuan tersebut. Prinsip ini dilakukan karena adanya suatu asumsi bahwa
ilmu pengetahuan itu diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu ilmu yang
digunakan untuk dzatnya sendiri seperti ilmu agama dan ilmu yang berfungsi
sebagai alat untuk membantu ilmu-ilmu lain seperti ilmu nahwu dan ilmu sharaf.
2.
Muraa`at Al-Isyi`daad wa Thab`i
Prinsip yang mengindahkan kecendrungan dan perwatakan atau
pembawaan peserta didik. Para ahli memandang bahwa peserta didik mempunyai
kecendrungan dan pembawaan sejak lahir. Implikasi dalam metode ini adalah
bagaimana metode ini diterapkan dengan disesuaikan dan diselaraskan dengan
kecendrungan dan pembawaan peserta didik.
Al-Farabi dalam bukunya Asy-Syiasi menyatakan bahwa anak adakalanya
mempunyai bakat jelek, serta mempunyai kcecendrungan jahat dan bodoh, sehingga
sulit diharapkan kecerdasan dan kecakapan bagi anak model ini. Demikian juga
anak yang mempunyai pembawaan luhur sehingga mudah dididik.
3.
At-Tadarruj fii At-Talqin
Maksudnya adalah berangsur-angsur dalam memberikan pendidikan dan
pengajaran. Prinsip ini diterapkan berdasarkan asumsi bahwa penerimaan
pengetahuan kemampuan menguasi pada tahap awal. Hal ini disebabkan anak
mempunyai kekuatan otak yang masih sangat minim, sehingga metode pemberian
pengetahuan dan keterampilan secara berangsur-angsur (Ibnu Khaldun dalam
Muqaddimahnya). Oleh karena itu, Al-Ghazali menyatakan bahwa berilah pelajaran
anak didik sesuai dengan kekuatan otaknya.
Aplikasi prinsip ini menurut Ibnu Khaldun dapat dilakukan dengan
tiga tahap yaitu sebagai berikut:
a.
Marhalah
uulaa, pendidik memberikan beberapa permasalahan
yang menjadi topik suatu bab, lalu menerangkannya secara global dengan
memperhatikan kesanggupan otak peserta didik untuk memahaminya.
b.
Marhalah
Tsaaniyah, pengulangan
memperlajari tiap-tiap bab dari suatu mata pelajaran dengan keterangan dan
penjelasan lebih luas sebagai tangga untuk mempelajari lebih mendalam.
c.
Marhalah
Tsaalisah, dipelajari
setiap mata pelajaran dengan mendalam, sehingga peserta didik dapat menguasai
setiap permasalahan dengan sempurna.
4.
Min Al-Mahsus ila Al-Ma`qul
Prinsip ini diterapkan dalam pembahasan rasional. Proses proses
belajar mengajar dapat dilakukan dengan cara memberikan metode yang dimulai
dari pelajaran yang dapat ditangkap oleh pancaindra kemudian diteruskan pada
pelajaran yang rasional. Dalam hal ini, seorang peserta didik dapat meneliti
dan memperhatikan bahan-bahan yang dapat ditangkap dengan pancaindra kemudian
diolah dalam pelatihan olah fikir, sehingga mendapat pemahaman yang rasional.
Untuk merealisasikan prinsip ini, Al-`Abdari dalam bukunya Al-Madkhal
mengemukakan langkah-langkah praktis dalam operasionalnya, yaitu sebagai
berikut:
a.
Pendidik
memulai dengan masalah pertama dari suatu pelajaran dengan menguraikan isi buku
yang aka diajarkan sehingga peserta didik memahaminya.
b.
Memaparkan
pendapat ulama-ulama yang diketahui dalam masalah tersebut. Apabila dalam
pendapat tersebut terjadi pertentangan, pendidik dapat menerangkan pendapatnya
dengan dasar hukum dan alasan pendapat masing-masing.
c.
Kemudian
pendidik kembali pada pendapatnya, sehingga pendapat lain dapat diterangkan
dengan sanggahan-sanggahan yang kemudian akan diterima atau ditolak oleh
peserta didik.
d.
Setelah
itu, bandingkan masalah tersebut dengan masalah-masalah yang serupa, berbeda,
atau mendekatinya.
e.
Kemudian
cabangkan permasalahan yang dipelajari sebagai penerapannya.
f.
Untuk
menyelesaikan penerapan ini, pendidik dapat memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk bertanya jawab serta mengemukakan keberatan-keberatan yang kemudian
dijawab dan dijelaskan oleh pendidik.
Prof. Dr. Omar Muhammad At-Toumy Asy-Syaibani menyatakan bahwa
seorang pendidik memperhatikan tujuh prinsip pokok metode pendidikan Islam,
yaitu sebagai berikut:
1)
Mengetahui
motivasi, kebutuhan, dan minat peserta didiknya.
2)
Mengetahui
tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan.
3)
Mengetahui
tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan peserta didik.
4)
Mengetahui
perbedaan-perbedaan individu di dalam diri perserta didik.
5)
Memperhatikan
kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman dan
kelanjutannya, keaslian, pembaruan dan kebebasan berfikir.
6)
Menjadikan
proses pendidikan sebagai pengalaman yang mengembirakan bagi peserta didik.
7)
Menegakkan
uswatun hasanah.
Di samping itu, dalam asas metode pendidikan Islam juga diperlukan
prinsip bervariasi karena prinsip ini membawa iklim dan suasana baru yag dapat
menghangatkan gairah belajar anak didik. Cara yang ditempuh pada prinsip
bervariasi adalah variasi pergantian pendidik untuk tiap-tiap jam pelajaran,
variasi pemberian aspek-aspek materi yang meliputi perilaku, hubungan sosial
dan kesulitan belajar. Selain itu, juga diperlukan variasi kegiatan peserta
didik, misalnya mendengar, menulis, mengamati, membahas, menggambar, bermain,
mencari, menyelesaikan, bertanya, berdiskusi, membuat eksperimen dan lain
sebagainya.[6]
D.
BEBERAPA METODE PENDIDIKAN ISLAM
Abdurrahman
An-Nahlawi[7]
mengemukakan bahwa ada beberapa metode yang dipergunakan dalam pendidikan
Islam, yaitu sebagai berikut:
1.
Pendidikan dengan Hiwar Qurani dan Nabawi
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak
atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarak kepada suatu
tujuan. Hiwar Qurani merupakan dialog yang berlangsung antara Allah SWT dan
hamba-Nya. Sedangkan hiwar Nabawi adalah dialog yang digunakan oleh Nabi dalam
mendidik sahabatnya.
2.
Pendidikan dengan Kisah Qurani dan Nabawi
Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak
dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain dari bahasa. Hal ini disebabkan
kisah Qurani dan nabawi memiliki beberapa keistimewaan yang mempunyai efek
psikologis dan edukatif yang sempurna, rapi, dan jauh jangkauannya seiring
dengan perjalanan zaman.
3.
Pendidikan dengan Perumpamaan
Pendidikan dengan perumpamaan dilakukan dengan menyamakan sesuatu
dengan cara sesuatu yang lain yang kebaikan dan keburukannya telah diketahui
secara umum, seperti menyerupakan orang-orang musyrik yang menjadikan pelindung
selain Allah dengan laba-laba yang membuat rumahnya.[8]
Tujuan pedagogis yang paling penting yang dapat ditarik dari
perumpamaan adalah:
a.
Mendekatkan
makna kepada pemahaman
b.
Merangsang
kesan dan pesan yang berkaitan dengan makna yang tersirat dalam perumpamaan
tersebut
c.
Mendidik
akal supaya berfikir benar dan menggunakan kias (silogisme) yang logis
dan sehat
d.
Menggerakkan
perasaan yang menggugah kehendak dan mendorongnya untuk melalakukan amal yang
baik dan menjauhi kemungkaran.[9]
4.
Pendidikan dengan Teladan
Pendidikan dengan teladan dapat dilakukan oleh pendidik dengan
menampilkan perilakuyang baik di depan peserta didik. Penampilan perilaku yang
baik (akhlak al-karimah) dapat dilakukan dengan sengaja maupun dengan
tidak sengaja.
Keteladanan yang disengaja adalah keadaan yang sengaja diadakan
oleh pendidik agar diikuti atau diitiru oleh peserta didik, seperti memberikan
contoh membaca yang baik dan mengerjakan
shalat dengan benar. Keteladanan yang tidak disengaja ialah keteladanan dalam
keilmuan, kepemimpinan, sifat keikhlasan, dan sebagainya. Dalam Pendidikan
Islam, kedua macam keteladan tersebut sama pentingnya.[10]
5.
Pendidikan dengan Latihan dan Pengamalan
Salah satu yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam mendidik para
sahabatnya adalah dengan latihan, yaitu memberikan kesempatan kepada para
sahabat untuk mempraktikkan cara-cara melakukan ibadah secara berulang kali.
Metode seperti ini diperlukan oleh pendidik untuk memberikan pemahaman dan
membentuk keterampilan peserta didik.
6.
Pendidikan dengan `Ibrah dan Mau`izhah
Pendidikan dengan `ibrah dilakukan oleh pendidik dengan
mengajak peserta didik mengetahui inti sari suatu perkara yang disaksikan,
diperhatikan, diinduksi, ditimbang-timbang, diukur, dan diputuskan oleh manusia
secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati. Misalnya peserta
didik diajak untuk merenungkan kisah Nabi Yusuf yang dianiaya oleh
saudara-saudaranya dan mengambil pelajaran dari kisah tersebut.
Pendidikan dengan mau`izhah adalah pemberian nasihat dan
peringatan akan kebaikan dan kebenaran dengan cara menyentuh qalbu dan
menggugah untuk mengamalkannya.[11] Mau`izhah
dapat berbentuk nasihat dan tazkir (pengingatan).
7.
Pendidikan dengan Targhib dan Tarhib
Targhib adalah janji
yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap suatu maslahat,
kenikmatan atau kesenangan akhirat yang pasti dan baik serta bersih dari segala
kotoran. Sedangkan tarhib adalah ancaman dengan siksaan akibat melakukan
dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah atau karena lengah dari menjalankan
kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT.[12]
Mendidik dengan targhib adalah menyampaikan hal-hal yang
menyenangkan kepada peserta didik agar ia mau melakukan sesuatu yang baik.
Mendidik dengan tarhib adalah menyampaikan sesuatu yang tidak menyenangkan
agar peserta didik melakukan sesuatu atau tidak melakukannya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Metode
atau metoda berasal dari bahasa Yunani,yaitu metha dan hodos. Metha berarti
melalui atau melewati dan hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti
jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendekatan metode
pendidikan Islam ada 6, yaitu:
1.
Pendekatan
tilawah (pengajaran)
2.
Pendekatan
tazkkiyah (penyucian)
3.
Pendekatan
ta`lim al-kitab
4.
Pendekatan
ta`limal-hikmah
5.
Yu`allim-kum
maalam takuumu ta`lamuun
6.
Pendekatan
islah (perbaikan)
Meurut Prof.
Dr. Mukhtar Yahya asas metode pendidikan Islam ada 4, yaitu:
1.
At-Tawasu`
fii Al-Maqaashid laa fii Al-Aalah
2.
Muraa`at
Al-Isyi`daad wa Thab`i
3.
At-Tadarruj
fii At-Talqin
4.
Min
Al-Mahsus ila Al-Ma`qul
Abdurrahman
An-Nahlawi mengemukakan bahwa ada beberapa metode yang dipergunakan dalam
pendidikan Islam, yaitu sebagai berikut:
1.
Pendidikan
dengan Hiwar Qurani dan Nabawi
2.
Pendidikan
dengan Kisah Qurani dan Nabawa
3.
Pendidikan
dengan Perumpamaan
4.
Pendidikan
dengan Teladan
5.
Pendidikan
dengan Latihan dan Pengamalan
6.
Pendidikan
dengan `Ibrah dan Mau`izhah
7.
Pendidikan
dengan Targhib dan Tarhib
B.
SARAN
Dalam
pembuatan makalah ini pemakalah menyadari bahwa banyak sekali kekurangan. Oleh
karena itu, pemakalah mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang dapat
membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik. Mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca agar dapat difahami dan dijadikan acuan dalam
proses pendidikan Islam.
[1] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta
: Amzah, 2010). Hal. 180
[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 1998). Hal.
77
[3] Abdul Mujib, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2006). Hal. 177
[4] Ibid
[5] Bukhari Umar, Op.
cit, hal. 185
[6] Ibid, hal. 189
[7] Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007). hal. 135
[8] Lihat QS.
Al-Ankabut : 41
[9] Bukhari Umar,
Op.cit, hal.190
[10] Ibid, hal.
191
[11] Ibid, hal.
192
[12] Ibid, hal.
192
DAFTAR PUSTAKA
Mujib,
Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana
Ramayulis.
1998. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarrta : Kalam Mulia
Umar,
Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Amzah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar